Maharani Pertiwi K, Ph.D.
(Dosen UNUSA dan Pengurus Cabang ISNU Kota Surabaya Bidang Kesehatan)
Awal tahun 2020, Coronavirus
jenis baru yaitu Coronavirus disease
2019 (COVID-19) telah menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di seluruh penjuru
dunia. Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember
2019. COVID-19 memiliki tingkat transmisi atau penyebaran yang tinggi, dengan
tingkat kematian yang rendah. Data dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO)
menunjukkan bahwa 80% pasien yang terinfeksi COVID-19 tidak menunjukkan gejala.
Mengenal COVID-19?
COVID-19 yang menyerang infeksi saluran pernafasan
merupakan Coronavirus jenis ß-coronavirus tipe baru dan diberi nama
novel Coronavirus (2019-nCov). Virus ini termasuk dalam kelompok besar virus
yang umum menginfeksi manusia dan hewan vertebrata. Pada tahun 2020, WHO
mengganti nama tersebut menjadi Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-SOV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019
(COVID-19).
COVID-19 memiliki material genetik berupa RNA strain tunggal positif yang diselubungi kapsul bulat dan tidak bersegmen. Sampai saat ini, deteksi infeksi COVID-19 dilakukan dengan metode RT-PCR (Reverse-Transcritase Polymerase Chain Reaction), real time RT-PCR, RT-LAMP (Loop-mediated isothermal amplification), rRT-LAMP, dan Coronavirus detection kit. Partikel virus ini sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan yang mengandung klorin atau pelarut lipid.
Analisis urutan basa nukleotida pada genom COVID-19 menunjukkan 79,5% kemiripan dengan Severe acute respiratory syndrome -coronavirus/SARS-CoV (Penyakit SARS yang pertama kali ditemukan pada tahun 2002) dan MERS-CoV (penyakit Middle East respiratory syndrome yang ditemukan pada tahun 2012). Kemungkinan besar, COVID-19 merupakan hasil evolusi dari kedua virus tersebut.
COVID-19 memiliki material genetik berupa RNA strain tunggal positif yang diselubungi kapsul bulat dan tidak bersegmen. Sampai saat ini, deteksi infeksi COVID-19 dilakukan dengan metode RT-PCR (Reverse-Transcritase Polymerase Chain Reaction), real time RT-PCR, RT-LAMP (Loop-mediated isothermal amplification), rRT-LAMP, dan Coronavirus detection kit. Partikel virus ini sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan yang mengandung klorin atau pelarut lipid.
Analisis urutan basa nukleotida pada genom COVID-19 menunjukkan 79,5% kemiripan dengan Severe acute respiratory syndrome -coronavirus/SARS-CoV (Penyakit SARS yang pertama kali ditemukan pada tahun 2002) dan MERS-CoV (penyakit Middle East respiratory syndrome yang ditemukan pada tahun 2012). Kemungkinan besar, COVID-19 merupakan hasil evolusi dari kedua virus tersebut.
Transmisi (cara penyebaran) dan patogenesis
Coronavirus diketahui menginfeksi hewan vertebrata
seperti babi, sapi, kuda, kucing, kelelawar, tikus, unta, musang dan ayam.
Virus ini masuk ke dalam jenis zoonotik yaitu virus yang mampu bertransmisi
dari hewan ke manusia. Infeksi COVID-19 menyerang saluran pernafasan, dengan
masa inkubasi ±4-12 hari
setelah paparan. Penularan COVID-19 diketahui melalui:
- Udara yang mengandung tetesan cairan dari mulut atau hidung akibat batuk dan bersin
- Kontak pribadi, seperti menyentuh benda atau berjabat tangan
- Menyentuh mata, mulut atau hidung dengan tangan yang terdapat partikel virus
Tahap pertama dalam infeksi COVID-19 adalah
interaksi sel tubuh dengan protein Spike. RNA akan masuk ke dalam sel dan
menggunakan material dalam sel inang untuk memproduksi komponen partikel virus
yang baru. Pada proses ini, komposisi genetik COVID-19 diperkirakan besar mengalami
perubahan susunan basa yang menyebabkan mutasi. Selanjutnya, partikel virus
yang dihasilkan mampu menyebar dan menginfeksi saluran pencernaan (feses dan
urin), saliva (kelenjar ludah), hati, dan pusat sistem syaraf. Faktor risiko
penularan Coronavirus pada semua umur dengan sistem imunitas tubuh yang rendah.
Sebanyak 100 pasien yang positif teridentifikasi COVID-19
memiliki gejala bervariasi mulai dari ringan, sedang, dan berat. Gejala yang
umum antara lain demam (suhu >37,5°C), batuk, sesak nafas, nyeri otot, sakit
kepala dan sakit tenggorokan. Pada beberapa kasus, infeksi COVID-19 menyebabkan
pneumonia, infeksi akut saluran pernafasan yang menimbulkan kematian. Hal
tersebut disebabkan infeksi COVID-19 pada saluran pernafasan menimbulkan edema
(pembengkakan) paru-paru, sehingga paru-paru akan dipenuhi oleh cairan, lesi
pada jaringan dengan peradangan dan nukleus pada sel paru-paru akan membesar. Cairan
yang terkumpul pada paru-paru (alveoli) akan membuat aliran oksigen ke dalam
darah berkurang.
Tangkal COVID-19
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk
mencegah infeksi COVID-19. Untuk itu, beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai
pencegahan infeksi COVID-19 yaitu:
- Cuci tangan secara rutin.Secara rutin usap tangan dengan alkohol (kadar
60-70%) atau cuci dengan sabun dan air mengalir. Alkohol atau sabun akan menghancurkan
partikel virus yang ada di permukaan tangan.
- Jaga jarak sosial. Pertahankan jarak kurang lebih 1 meter ketika
berbicara dengan orang lain. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari
semprotan tetesan cairan dari hidung atau mulut yang tanpa sengaja batuk atau
bersin.
- Hindari menyentuh mata,
hidung dan mulut. Mata,
hidung dan mulut merupakan pintu masuknya partikel virus ke dalam tubuh. Tanpa disadari, tangan menyentuh banyak
permukaan benda yang kemungkinan mengandung partikel virus. Bersihkan benda
yang sering dipegang, seperti handphone, laptop atau tas dengan Alkohol untuk
menghilangkan partikel virus yang menempel.
- Jaga kebersihan saluran pernafasan. Kebersihan saluran pernafasan bisa dijaga
melalui menutup mulut dan hidung dengan siku atau tisu saat batuk atau bersin.
Kemudian segera buang tisu bekas. Gunakan masker di tempat umum dan hindari
menguap dengan mulut terbuka.
- Jika mengalami demam, batuk,
dan kesulitan bernapas, segera hubungi petugas medis. Tetap tinggal di rumah jika merasa tidak sehat.
Jika mengalami demam, batuk dan kesulitan bernapas, segara hubungi petugas
medis.
- Makan makanan yang bergizi
dan seimbang, hindari membeli makan di pinggir jalan yang terkena debu. Tubuh memiliki respon imun ketika
menghadapi paparan infeksi virus. Konsumsi makanan yang bergizi secara seimbang
akan menyediakan energi bagi sel yang cukup untuk memproduksi sel-sel yang
bertugas dalam sistem ketahanan tubuh, seperti sel B, sel limfosit B dan neutral killer cell. Istirahat yang
cukup akan mengaktifkan sel darah putih sebagai sistem imun untuk menghindari
adanya infeksi virus. Menghindari stres juga merupakan cara yang efektif dalam
menjaga homeostatis tubuh. Salah satu hormon stres, Adeno Cortiko Tropin Hormone (ACTH) dan glukokortikoid dapat
mempengaruhi respon imun yang mengakibatkan hilangnya tulang, kerusakan
jaringan, hilangnya perlekatan, dan dapat menghambat penyembuhan luka.
Referensi:
Chen N,
Zhou M, Dong X et al. 2019. Epidemiological and clinical characteristics of 99
cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study.
395: 507-513.
Guan W-J,
Ni Z-J, Hu Y, Liang Q-H et al., 2020. Clinical characteristics of Coronavirus
disease 2019 in China. The New England Journal of Medicine, DOI:
10.1056/NEJMoa2002032.
Okada P.
Buangthong R, Phuygun S et al. 2020. Early transmission patterns of Coronavirus
disease 2019 (COVID-19) in travelers from Wuhan to Thailland, January 2020.
Euro Surveil, 25(8): doi.org/10.2807/1560-7917.ES.2020.25.8.2000097.
Sahin AR,
Erdogan A, Agaoglu et al. 2020. 2019 Novel Coronavirus (COVID-19) outbreaks: A
review of the current literature. EJMO, 4(1): 1-7.
Xu J,
Zhao S, Teng T et al. 2020. Systmetic comparison of two animal-to-human
transmitted human Coronavirusses: SARS-SoV-2 and SARS-CoV. Viruses, 12(244):
doi:10.3390/v12020244.
Wang-H,
Wang Z, Dong Y et al. 2020. Phase-adjusted estimation of the number of
Coronavirus disease 2019 cases in Wuhan, China. Cell Discovery, 6(10): doi.org/10.1038/s41421-020-0148-0.
WHO. 2020. Report of the WHO-China joint mission on
Coronavirus Disesase 2019 (COVID-19)
0 Komentar